Friday, February 15, 2019

Gedung SMPN 3 Yogyakarta

Gedung SMPN 3 Yogyakarta
Gedung SMPN 3 Yogyakarta dulunya digunakan sebagai sekolah HCS ( Hollandsch Chineesche School ) Sekolah HCS pertama kali didirikan pemerintah Belanda di kampung Gandekan pada tahun 1912 (sekarang SMPN 3 Yogyakarta). HCS lebih menarik minat bagi orang Cina karena dengan pengantar bahasa Belanda, lulusannya akan mudah mendapatkan pekerjaan maupun kehidupan yang layak. Di Yogyakarta terdapat empat buah sekolah HCS, yaitu : HCS Gubernemen di Gandekan, HCS Zending Protestan di kampung Gemblakan tahun 1917, HCS Nasional atau HCS Mayor Yap Hong Sing didirikan tahun 1921, dan HCS Katolik yang didirikan tahun 1934. Syarat masuk HCS bagi anak Cina lebih lunak yaitu usia maksimum 7 tahun dan penguasaan bahasa Belanda tidak diberlakukan dengan ketat. Biaya pendidikan di HCS disesuaikan dengan penghasilan orang tua siswa. Pada tahun 1942, Jepang mendarat di Jawa dan menggantikan kekuasaan pemerintah Belanda. Jepang menerapkan beberapa kebijakan terhadap orang-orang Cina di Indonesia seperti menghidupkan kembali budaya Cina dan mendirikan organisasi orang Cina yang dikenal dengan nama Hoa Chiao Chung Hui (HCCH). Di Yogyakarta, HCCH didirikan tanggal 7 Juli 1942 dan diresmikan Jepang pada 5 Oktober 1942. Seiring dengan kedatangan Jepang, semua sekolah ditutup termasuk sekolah Cina. Namun, atas bantuan Woo Sung dan Kwik Sie Liong, akhirnya dengan izin dari Jepang maka sekolah Cina di Yogyakarta dibuka kembali tanggal 7 September 1942. Jumlah sekolah Cina di Yogyakarta pada tahun 1942-1945 ada 6 buah sekolah, yaitu di Poncowinatan, Dagen, Gemblakan, Ketandan, Wates dan Wonosari. Sekolah Cina di Gemblakan dikenal dengan nama “sekolah nomor tiga” (ti san siauw).
Pada tahun 1945 sampai dengan 1946 di Daerah Istimewa Yogyakarta, baru ada 3 buah SMP Negeri. Padahal waktu itu Yogyakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.

Adapun 3 buah SMP Negeri itu adalah :
SMP Negeri 1 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Cik Dik Tiro (tetap sampai sekarang)
SMP Negeri 2 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Senopati
SMP Putri Yogyakarta yang beralamat di Kota Baru (sekarang SMA Stella Duce)
Saat itu banyak anak yang berniat masuk ke sekolah negeri termasuk yang datang dari luar kota, karena peminat yang sangat banyak SMP Negeri tidak dapat menampung anak-anak tersebut.

Hal ini menjadikan keprihatinan para pejabat daerah, terutama Kantor Pendidikan Daerah Wilayah Praja. Maka atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pada Tanggal 1 September 1946 kantor Pendidikan Daerah Wilayah Praja mendirikan SMP yang waktu itu diberi nama SMP Kasultanan.
SMP Kasultanan pada waktu itu baru memiliki 3 ruang kelas Yakni : Ia, Ib, Ic. Dimana jabatan Kepala Sekolah pertama dipercayakan kepada Bpk. Sudibyo, seorang tokoh pramuka. Guru-guru yang ada saat itu baru 10 orang.
SMP ini diresmikan oleh pejabat daerah pada saat itu yaitu: KRT Siswodiharjo dan KRT Notobroto.

Pada tanggal 1 Nopember 1947 seiring dengan berkembangnya waktu SMP Kesultanan yang semakin banyak peminatnya serta gurunya yang bertambah, akhirnya SMP Kasultanan diambil alih oleh pemerintah dan berubah menjadi SMP Negeri 3 Yogyakarta. Setelah jabatan Kepala Sekolah diganti oleh Bp. Pinandoyo tidak lama lagi jabatan Kepala Sekolah yang ke tiga kembali diganti oleh Bpk. I Hutauruk semakin berkembang.
Pada Tanggal 19 Desember 1948 terjadi Class (Pertempuran) di kota Yogyakarta, SMP Negeri 3 yang saat itu gedungnya masih bersama dengan SMP Negeri 2 hancur dan SMP Negeri 3 tidak bisa menggunakan SMP Negeri 2 sebagai lokasi. Akhirnya SMP Negeri 3 pinjam gedung SR Keputren, saat itu untuk tempat sementara.


Berikut Foto gedung SMPN 3 Yogyakarta






Pada th 1949 sampai 1950 Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Yogyakarta dijabat oleh Bp.Supardi. Pada saat inilah berkat perjuangan beliau SMP Negeri 3 bisa bertempat di Jalan Pajeksan No.18 Yogyakarta menempati bekas gedung HCS (Hollandsch Chineesche School)
sampai dengan sekarang.

Tepatnya pada tanggal 2 mei 1950 SMP Negeri 3 Yogyakarta menduduki gedung barunya.
SMP Negeri 3 Yogyakarta pernah disebut sebagai SMP Perjuangan karena pernah dititipi anak-anak tentara pelajar.

No comments:

Post a Comment